Kamis, 18 Agustus 2011

Gunung Lipan dan Misterinya

Tahukah anda dengan Gunung Lipan??? Ya…memang nama Gunung Lipan tak asing lagi di telinga, khususnya bagi orang yang berusia diatas 70 tahun. Sedangkan orang yang baru berumur 50 tahun kebawah, maka hanya cerita saja yang mereka dapat, dan belum tentu mengetahui lokasi Gunung Lipan, Hutan Bambangan, dan dari mana didapat nama Gunung Lipan tersebut. Berikut cerita misteri Gunung Lipan yang diambil dari beberapa pengalaman tokoh warga (te-tuha kita) dengan usia sekitar 70 tahun keatas, termasuk pengalaman Johansyah Balham sendiri.
Jika anda akan melakukan perjalanan Samarinda-Balikpapan, maka anda pasti melewati Gunung Lipan, tepatnya di pinggir Sungai Mahakam dan terdapat restoran Lipan Hills disana, dengan tanjakan yang berkelok-kelok. Tapi tau kah anda bahwa Gunung Lipan sebenarnya adalah sebuah perkampungan para makhluk halus yang kebanyakan bertubuh kerdil, dan pada celah gunung terdapat sebuah air terjun yang menurut cerita sangat segar jika diminum dan dimandikan pada tubuh. Dan sesekali kita juga dapat menjumpai binatang dengan sebutan Lipan dengan ukuran 50 cm dan lebar tubuhnya hampir sama dengan daun kelapa.
Hal ini juga diceritakan Pak Imbran (80) seorang warga asli daerah Gunung Lipan yang saat ini telah menjadi perkampungan ramai penduduk. Menurut ceritanya, kala itu ia sedang pergi ke hutan mencari rotan, dan ketika melewati air terjun, entah dari mana asalnya, ia melihat seorang putri yang sedang terbang dan turun perlahan disebuah batu dekat air terjun tersebut. Kemudian sang putri pun melepas selendang dan baju luarnya yang berwarna hijau gemerlap, kemudian sang putri pun mandi diair terjun tersebut. Tapi, disisi lain, ternyata selendang dan baju luar sang putri tadi, dijaga oleh puluhan lipan dengan ukuran cukup besar dan berwarna cokelat kehitam-hitaman. “Saya ingat hari itu hari Kamis dan waktu itu hujan gerimis, saya berteduh dibawah pohon bambu. “ ungkap Pak Imbran yang kini tinggal di Kampung Loa Hui Kelurahan Harapan Baru.

Tidak hanya Lipan saja ternyata yang menghuni daerah tersebut, menurut cerita disana juga terdapat para makhluk gaib yang bertubuuh kerdil dan sering berkeliaran, termasuk kerap berbaur dengan warga asli setempat. Dan biasanya jika keberadaan mereka dikertahui, maka makhluk gaib tersebut cepat sekali menghilang dan memasuki hutan dan tak pernah ada yang melihat lagi. Masyarakat yang pernah bertemu orang orang gaib tersebut, biasanya berasal dari perkampungan yang ada dihutan gunung Bambangan, tak begitu jauh dari Gunung Lipan.
Kehidupan makhluk gaib tersebut juga ternyata tak jauh beda dengan manusia, menurut sejumlah pengakuan, bahwa sang makhluk gaib juga berkeluarga ada suami, istri dan anak-anak. Makhluk tersebut terkadang tak tahan terlalu lama berbaur dengan manusia, dan mereka kerap kepanasan, apalagi dirumah manusia terdapat kitab suci Al-quran. Tetapi pada dasarnya mereka tak pernah mengganggu, bahkan mereka sering memberi bermacam-macam hadiah. Jika mereka memberi kita batu, maka batu itu bisa menjadi batu berharga seperti berlian, begitu pula jika mereka memberi buah atau kunyit. Buah atau kunyit ini bisa menjadi gumpalan emas murni.
Dulu ada beberapa anggota masyarakat yang mencoba memasuki kawasan gunung Bambangan, namun apapun yang mereka dilakukan tak pernah berhasil menemui orang orang kerdil dan gaib tersebut. Dan pertemuan bisa saja terjadi, jika orang-orang gaib tersebut menghendaki.
Almarhum Haji Umbah Ramli, seorang Kepala Kampung Harapan Baru pernah menceritakan pengalaman gaibnya pada Johansyah Balham seorang mantan Kepala PMD Kecamatan Samarinda Seberang sekitar tahun 1975. Haji Umbah mengatakan bahwa suatu hari ia pernah diundang pada acara pernikahan oleh satu keluarga di Gunung Lipan. Undangan tersebut agajk terkesan mendadak, soalnya ketika ia baru saja pulang dari Kota Samarinda, ditengah jalan ia dicegat atau dihadang dan langsung digiring menuju upacara pesta perkawinan.
Sebagai seorang Kepala Kampung, tentunya Haji Umbah mengenal seluruh warga kampungnya. Tapi kenapa pada saat itu, ia yang semula belum pernah melihat atau mengenal orang yang mengundangnya, tiba-tiba saja ia merasa seperti sudah akrab dan kenal lama dengan keluarga sang pengundang tersebut. Usai pesta tersebut, Haji Umbah kemudian diantar pulang, sampai dipinggir jalan besar yang menuju rumah haji Umbah tersebut.
Sesampainya di rumah lanjut Haji Umbah, ia baru tersadar dengan peristiwa yang baru saja ia alami. Dengan rasa penasaran tinggi, ia membawa beberapa warganya untuk kembali ketempat pesta perkawinan tersebut. Namun sayang, ketika mereka sampai ditempat dimana menurut Haji Umbah diantar oleh tuan rumah pesta yakni dipinggir jalan besar tersebut, kini Haji Umbah tak tahu dimana jalan besar dan jalan kecil yang tak jauh dari rumahnya. Mereka hanya disuguhi pemandangan berupa hutan dan semak belukar, dan anehnya lagi, Haji Umbah dan beberapa warganya mencium harumnya aroma masakan disekeliling mereka. Setelah beberapa detik menimamti aroma tersebut, mereka dikagetkan dengan datangnya puluhan bahkan ratusan lipan dengan ukuran lumayan besar dan mengelilingi mereka.
Dengan perasaan aneh bercampur takut, akhirnya Haji Umbah dan lainnya memutuskan untuk pergi dan pulang ketrumah masing-masing.
Samarinda Kota maupun Samarinda Seberang dulunya banyak cerita atau kisah-kisah misteri dan banyak terdapat daerah angker, tapi hingga kini misteri tersebut tak pernah terpecahkan keberadaannya. Adapun cerita nyata dan hal gaib yang banyak dialami warga, yakni Gunung Permandian yang telah banyak memakan korban, hingga muncul cerita adanya roh-roh gentayangan anak-anak Belanda yang dulunya terkubur disana.
Sama halnya dengan cerita Liang atau Goa bawah air yang berada di sekitar daerah Teluk Lerong, tepatnya disamping POM Bensin atau bekas rumah Talib Bank, atau rumah yang telah dibongkar, dan pernah juga ditempati Gubernur A.Wahab Syahranie kala itu. Goa tersebut cukup panjang, hingga menuju dibawah tugu Hansip Pasar Segiri Sungai Karang Mumus. Begitu pula dengan cerita Gunung Lipan dan Bambangan, lokasi gunung tersebut tepatnya dipinggir jalan kampung Harapan Baru di hulu kampung Sungai Keledang (sekarang Kelurahan Harapan Baru).
Masih banyak lagi cerita atau hal-hal mistis lainnya mengenai sejarah Gunung Lipan atau lainnya di Samarinda ini. Namun seolah tak dihiraukan lagi dan pesatnya kehidupan umat manusia, sehingga misteri dan sejarah terjadinya Gunung Lipan dan lainnya hanya tinggal kenangan dan tak banyak yang dapat menceriatakan kembali secara terperinci mengenai sejarah tersebut. Padahal dulu, setiap setahun sekali diadakan Pelas Kampung dengan memberikan sesaji, untuk mereka yang tak terlihat. Tujuannya adalah agar manusia biasa yang tinggal di tempat tersebut tidak diganggu oleh mahluk-mahluk gaib yang juga tinggal di sana.
Walau demikian, sepatutnyalah para generasi muda untuk lebih mengenal dan memahami sejarah tentang asal-usul tempat atau pun nama tempat yang ada daerahnya, sama halnya dengan “Gunung Lipan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

template by : yeindra damar saputra (KARTANEGARA FILM 2011)